DALAM SEBUAH seminar tentang
pendidikan beberapa waktu yang lalu di jakarta ada suatu hal yang menarik milik
Hendra jaya, guru besar sekaligus mantan rektor di ITB sala satu penulis
memaparkan bagaimana lembaga pendidikan
memperkuat diri dengan meniru konsep-konsep yang di anut perusahan misalnya
dngan memposisikan penangungjawab lembaga sebagai Chief executive opicer {CEO}, lalu membentuk
partner institions dan daughter
institions yang beroperasi sebagai strategi business unit {SBU}. Hal ini
menandakan bahwa lembaga pendidkan memang sudah waktunya dikelolah seperti
suatu business Entitiy.
Konsep bisnis seperti suatu yang sukses di
dunia selalu bertumpuk pada kualitas yang muaranya adalah kekuasan pelangan
[Custtomer statisfastion}. Mereka menyadari bahwa perusahan hanya akan dapat
betahan hidup bila produk yang mereka buat tidak sekedar laku di pasaran namun
mampu menciptakan brtan kualiti dan pada ahirnya tumbuh bran image . dengan
begtu diharapkan produk yang bersangkutan tetap akan mendapat tempat di hati
masya sepanjang masa maka bidang riset pasar, marketing dan promosi menjas\di
tulang pungung perusahan untuk terus
memonitor grend yang sedang berkebang di masya, dengan tujuan agar perusahaan
bisa mengarahkan produknya sesuai dengan minat dan selera pasar tidak hanya itu
untuklebih memantapkann pilihan kostuner, perusahan sangup memberi jaminan
[garansi] dan pelayan purna jual bila terjadi sesuatu barang yang di beli .
persoalan sekarang adalah mampuhkah lembaga pendidikan melakukan hal tsb atas .
menbgapa tidak? Hanyasaja belum dapat yng berfikir sampai sesuaimitu jauh, atau
mungkin tidak sampai hati harus mencampur adukan antara education dengan business. Barang kali masi
ad dugaan bahwa kalau itu terjadi, maka akanterbuka peluang bagi pngelola untuk
membisniskan pendidikan secara murahan. Artimya pihak pengeloloah berusaha
mencari celsh untuk mendapatkan keuntungan sbesar-besarnya namun dengan memenafikan
kualitas. Inilah yang lalu mmwmbut citra bisnis menjadi negatif {business is
dirtiy eord} padahal; sebenatnya sebuahlembaga bisa maju bila mau menangalkan
sitem manejermen pendidikan yang masi tradisional. Lebih-lebih dalam ksaran
arus transformasi yang begitu deras dan cepat, institusi pendidikan hartus di
kelola atau dikerjakan bik sebuah instutiy bisnis / ibndustri dalam satu bisnis
yang baik harus mampu menghasilkan produk yang terbaik pula tangga trhadap
berbagai perubahan teknologi pasar, harga yang kompetitif dasnjuga keuntungan { propit}. Celakanya ,
selama ini kata propit bagi dunia pendidikan merupakan kata yang kabu. Padahal
popit juga brarti pertumbuhan dan perkembangan sehingga aopa yang terjadi
kemudian adalah bahwa model manejemen yang berangkat dari manajemen dunia bisns
di curigai dan di intergrasikan secara harfia sebagai komersiallisasi
pendidikan. Lebih lebih dikaitkanpermasalahan bisnis dan tujuan mulia pendidikan
maka kemudin muncullah gab dan bahkan malah berbenturab sangat tajam sementara
antara idialisme dan dramatisme. Di atas telah dikatakan suatu bisnis yang
dijalankan dengan baik harus menjalankan suatu kualitas dalam bisnis pada
kususnya , aspek kualitas buisnis dapat di dipilih menjadi dua pertama kua;itas
penerima ,yakni bagimana pihah pemberi jasa berusaha memberi kesn yang baik
hangat dan besahabat dalam membawa smasuk calon customer dalam bentuk jasa yang
di tawarkan kedua kualitas proses pelayann yakni bagaimana penyidik jasa
bener-benar memberikanpelayanan jasayang sebaik-baiknya kepada
kostumert.bagaimana kedua hal tersebut tidak di perthatikan? Ada 2 kemung kinan
pertama kustomer akan pergi setelah tau kenyataannya.
No comments:
Post a Comment